Sebuah pemandangan yang biasa di dalam Kebun Raya Bogor ketika pasangan pria dan wanita bergandengan tangan. Tidak tua tidak muda mereka bersama menikmati kerindangan pepohonan sambil , mungkin, mengikat janji. Padahal ada mitos bahwa biasanya pasangan (belum menikah) mengunjungi Kebun Raya akan tidak langgeng hubungannya (mitos ya jangan ditanya siapa yang mencetuskan).
Banyak dari pasangan tersebut mungkin tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan mungkin pernah dilakukan oleh dua insan sekitar 2 abad yang lalu. Dua orang yang namanya tertulis dalam buku sejarah Indonesia. Saya sebut mungkin karena masih merupakan teori penulis sendiri.
Tidak jauh dari gerbang masuk Kebun Raya Bogor yang berhadapan dengan Pasar Bogor akan ditemukan sebuah tugu (walau saya lebih suka menyebutnya sebagai monumen) Lady Raffles. Bangunan bercat putih yang menyerupai gazebo dengan 8 pilar dan prasasti di tengahnya menurut papan keterangan adalah sebuah Tugu Peringatan bagi Lady Raffles yang wafat di tahun 1814 karena malaria dan dimakamkan di Jakarta. Lady Raffles yang bernama Olivia Mariamne Devenish sebelum menikah dengan Sir Thomas Stamford Raffles adalah istri pertama dari pendiri. Seorang janda yang usianya 10 tahun lebih tua dari sang Liutenant-Governor (tidak tahu apa padanannya sekarang) yang bertanggung jawab terhadap wilayah Jawa saat itu.
Lalu apa kaitannya dengan pasangan-pasangan yang memadu kasih disana sekarang ?
Pernahkah kita mempertanyakan apa alasan dari Thomas Stamford Raffles mendirikan monumen tersebut di Kebun Raya Bogor. Mengapa tugu tersebut bukan didirikan di Jakarta tempat dimakamkannya sang Lady. Mengapa harus di Kebun Raya Bogor? Sampai sekarangpun ternyata masih sulit ditemukan literatur yang bisa dipakai untuk menyimpulkan alasan sang Governor.
Hanya sebuah teori terlintas ketika melihat pasangan-pasangan yang sedang merenda kasih di Kebun Raya ini. Mungkin hal yang sama pernah terjadi 2 abad yang lampau dengan pelaku yang berbeda. Mungkin dulu Sir dan Lady Raffles pernah berjalan bergandengan tangan di sepanjang jalan Kebun Raya ini. Mungkin apa yang mereka jalani di Kebun Raya meninggalkan kesan yang begitu mendalam dan tak terlupakan bagi sang pendiri Kebun Raya Singapura dan Kebun Binatang London ini. Mungkin sebuah CINTA telah terpupuk dengan subur di dalam Kebun Raya ini dan mengakar ke dalam diri seorang Thomas Stamford Raffles. Mungkin itulah alasan mengapa tugu tersebut ada disini dan bukan di Jakarta.
Apalagi di dalam prasasti di dalam tugu terukir sebait puisi dalam bahasa Inggris klasik
Oh thou whom neer my constant heart ;
(Kamu yang selalu berada di hatiku)
One moment hath forgot ;
(Tak pernah sedikitpun kulupakan)
Tho fate severe hath bid us part ;
(Walaupun takdir memisahkan kita)
Yet still - forget me not
(Janganlah pernah lupakan aku)
Menunjukkan rasa kehilangan dari Raffles terhadap kepergian istrinya itu. Apalagi kalau mengingat apa yang dijelaskan di dalam papan keterangan bahwa Lady Raffles juga melakukan berbagai reformasi terhadap masyarakat di Jawa. Berdampingan dengan Raffles yang kokoh dengan pendiriannya mencoba menghapus sistem perbudakan. Raffles sepertinya kehilangan dua orang sekaligus , istri dan partnernya.
Karena itu sampai sekarang , kalau saya berkunjung ke Kebun Raya Bogor dan melewati tugu ini , saya biasanya menyempatkan diri berimaginasi. Imaginasi yang melihat sepasang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan tangan (dalam pakaian masa lalu kayak yang di film), saling tersenyum dan sambil bersenda gurau menyusuri jalan di Kebun Raya ini. Saya melihat sebuah kebahagiaan pernah lahir disini dan membuat mitos yang disebutkan di atas tidak tepat. Justru disini pernah lahir sebuah CINTA yang bertahan sampai maut memisahkan.
Walaupun suatu waktu nanti para ahli sejarah menemukan alasan sebenarnya mengapa tugu itu didirikan disini ada beserta bukti-buktinya, saya akan menyimpannya dalam laci ingatan saja. Saya akan tetap memakai teori ini kalau berkunjung ke Kebun Raya . Karena mengingat sebuah kisah tentang CINTA yang begitu dalam dari seorang bernama Thomas Stamford Raffles terasa lebih indah daripada sebuah penjelasan akademis.
0 comments:
Post a Comment