Pondok Rumput begitulah nama perumahan atau kampung sekaligus nama jalan di Kecamatan Tanah Sareal Bogor. Sebuah tempat yang akan selalu menempati tempat khusus dalam kehidupan saya.
Sangat spesial dan penting karena disanalah pertama kali saya terdaftar menjadi warga kota hujan ini. Pada tahun 1978, memakai sebuah kendaraan minibus dan sebuah colt buntung (alias pick up), bapak membawa keluarganya pindah dari ibukota Indonesia. Setelah beberapa tahun menjadi kontraktor alias ngontrak disana sini dia memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.
Di perjalanan tetangga-tetangga di Jakarta berpesan kepada ibu supaya bersabar karena yang mereka bayangkan adalah sebuah perumahan yang sepi, tidak padat dan minim tetangga. Mungkin yang terbayang oleh mereka adalah sebuah daerah yang sepi.
Kenyataannya tidaklah demikian. Pondok Rumput sebagai sebuah desa atau perumahan bahkan 36 tahun lalu sudah padat. Tentu saja tidak sepadat dan serapat saat ini. Hanya sejak kami pindah kesinipun perumahan atau kampung ini sudah padat. Hany bentuk dan tata letaknya hampir tidak mengalami perubahan yang signifikan..
Bedanya kalau dulu masih tersisa ruang terutama di dekat "CIPAKANCILAN", sekarang semua lahan sampai ke bibir sungai inipun sudah dipenuhi perumahan.
Lokasi Pondok Rumput sendiri ada di antara beberapa desa atau kelurahan yaitu Bubulak (bukan Bubulak di Dramaga tapi sesuai nama jalannya), Kebon Pedes, dan Cimanggu. Dipisahkan dengan Cimanggu oleh Cipakancilan.
Penduduknya tinggal kebanyakan dalam gang-gang. Ukuran gang-nya pas untuk satu mobil saja dan memang sebenarnyanya hanya diperuntukkan untuk manusia dan motor saja. Nama gang diambil dari nama-nama ikan seperti ikan Tawes, Mas, Gurame, Gabus, Cupang, Julung-julung dan semua nama ikan air tawar. Tidak ada nama gang berdasarkan ikan laut.
Untuk mendapatkan akses kendaraan umum waktu itu hanya ada satu cara yaitu pergi ke arah Pejagalan (Rumah Potong Hewan) di sebelah pabrik Good Year di jalan Pemuda. Hanya beberapa tahun kemudian angkot no 07A Merah mulai khusus memasuki perumahan ini. Nomornya kemudian diganti menjadi 22 Merah.
Entah kenapa namanya Pondok Rumput. Kalau diartikan bahasa Indonesia tidak ada arti yang pas . Mungkin kalau memakai bahasa Sunda agak lumayan, yaitu rumput yang pendek (walau sebenarnya seharusnya Rumput Pondok). Hanya sepertinya tidak ada yang bisa menjelaskan secara jelas maknanya. Paling beberapa orang tua hanya memberikan informasi sedikit tentang sejarah kampung atau perumahan ini. Mereka menyebutkan dahulu kawasan ini adalah perkebunan karet dan itu tidak mengherankan karena posisinya berada di belakang pabrik ban Good Year yang membutuhkan karet sebagai bahan baku.
Yang pasti disinilah saya memulai sejarah kehidupan diri sendiri di Bogor. Sebelumnya hanya 1-2 kali saja pernah mengunjungi kota talas ini.
Sekarang perumahan ini walau tidak berubah drastis dibandingkan ketika pertama kali saya kenal, ternyata mengalami banyak perubahan. Seperti adanya Sentra Pemotongan Ayam. Dahulu hanya ada 2-3 rumah di dekat rel kereta (kawasan "gamblog" sebutan kita) yang mendirikan usaha pemotongan ayam ini. Saat ini bisa dikata jumlahnya puluhan. Bisa dikata sebagian besar suplai ayam potong ke berbagai pasar di Bogor didapat dari sentra ini. Usaha ini sejak dahulu memang dipegang oleh masyarakat dari etnis Jawa
Begitu juga seperti disebutkan di atas perubahan banyak terjadi di daerah pinggiran sungai. Pepohonan bambu yang dulu masih banyak tersebar disana sudah ludes sama sekali. Digantikan dengan bangunan yang bahkan sampai pinggir kali. Beberapa tempat main saya dahulu sudah tidak ada lagi. Ukuran sungai pun seperti mengecil.
Pinggiran rel keretapun semakin dipadati oleh bangunan-bangunan semi permanen untuk berbagai usaha. Mulai dari warung, bengkel dan lain-lain. Penghuninya pun kalau dulu masih dipenuhi etnis Sunda sekarang sudah bercampur aduk, mulai dari Jawa, Padang, Ambon.
Padat. Lebih padat dibandingkan dahulu. Selain padat dengan penduduk dan bangunan, sebenarnya disini padat dengan berbagai kenangan. Kenangan yang manis masa kecil seperti adu lari di sepanjang gang Tawes dengan teman-teman, bermain bola di lapangan depan SDN Pondok Rumput, sampai menyelinap di siang hari untuk bermain di Cipakancilan. Sampai kenangan sedih dengan berpulangnya bapak dua tahun lalu. Semua ada disini.
Sampai sekarangpun saya masih sedikit penasaran dengan keingintahuan mengenai sejarah tempat ini. Walaupun demikian mungkin sudah tidak begitu penting lagi bagi saya ,karena saya sudah membuat dan memiliki sejarah sendiri disini. Sejarah tentang kehidupan saya yang bisa saya bagikan setidaknya pada si kribo kecil atau kalau ada yang mau membaca tulisan ini.
https://saglamproxy.com
ReplyDeletemetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
M0YZ