Bener sih memang nyummy makan Lapis Talas Bogor . Manis dan gurih terasa campur aduk di lidah . Sepertinya rasa manis berasal dari cake-nya sedang gurih datang dari taburan keju di atasnya . Walau bukan seorang Bondan Winarno , tapi boleh lah saya bilang memang maknyuss . Enak !
Lapis Bogor ini kalau ditelaah sedikit lebih jauh merupakan sebuah bentuk hasil bercampurnya sebuah "bahan" tradisional dan "tehnik" modern . Talas yang merupakan produk tradisional Bogor diolah memakai alat dan tehnik dari dunia modern . Kalau dulu talas hanya digoreng atau dikukus untuk teman minum kopi warga Bogor sekarang berubah bentuk (Berubah ! ala Ksatria Baja Hitam ) menjadi lebih cantik dan memiliki sifat kompetitif di masa kini . Kelemahan talas dalam bersaing di zaman ini dirubah menjadi sebuah kelebihan dan memberi nilai lebih . Pada dasarnya bukan hal yang terlalu aneh mengubah talas menjadi tepung tapi karena situasi , tempat dan lokasi-nya di Bogor , yang notabene pernah dikenal sebagai Kota Talas , maka selling point-nya menjadi bertambah kuat . Cerdik !
Produk lainnya sebenarnya juga patut dipertimbangkan mengingat memiliki kekhasan yang sama dengan apa yang dimiliki Lapis Talas-nya . Salah satunya yang pernah saya coba adalah Pie Talasnya . Hanya rupanya masih tenggelam dengan kakak-nya si Lapis Talas .
Menyenangkan melihat lahirnya lagi sebuah bentuk "produk" baru dari sebuah budaya Bogor . Mungkin tidak 100% sama seperti di masa lalu karena hal tersebut sulit untuk terus berlanjut . Hanya karena yang terpenting bagi sebuah kebudayaan untuk survive adalah jumlah pengikut/penganutnya , seringkali sebuah kebudayaan harus melakukan adaptasi dengan perkembangan zaman dan tehnologi agar mampu bertahan . Kecerdikan dan kreatifitas Rizka Romadhona memberikan satu tambahan jenis produk budaya yang mampu memberikan kemampuan untuk kebudayaan Bogor dapat bertahan di masa sekarang . Salut !
0 comments:
Post a Comment