;

Pesingnya.. Kusamnya...Kotornya .. Eh Semrawutnya Pasar Bogor


Sebenarnya judulnya sudah mewakili kebingungan saya harus memulai dari mana saat hendak menulis tentang Pasar Bogor. Kesan yang tertangkap ketika menyusuri salah satu pasar becek.. eh tradisional ini bermacam sekali. Sulit untuk menterjemahkan kesan tersebut hanya dalam satu kata saja. Sama halnya dengan "kesan" ketika membuat tulisan tentang Pasar Anyar .

Mungkin karena saya tidak terbiasa dengan situasi dan lingkungannya. Sepertinya semua yang terlibat disana terlihat "enjoy" dengan situasi dan kondisi seperti itu. Mungkin memang sebuah pasar tradisional harus selalu seperti itu kusam, semrawut , kotor , becek dan bau. Sepertinya memang ciri seperti itu yang harus ada pada sebuah pasar tradisional.

Hanya mengapa beberapa waktu yang lalu ada yang protes ketika Pasar Anyar disebut termasuk pasar becek ya. Padahal memang ada beberapa bagian dari pasar tersebut yang becek. Tentu tidak semuanya karena konsep Pars pro toto (sebagian untuk semua) berlaku. Kalau saya menyebut Pasar Bogor dengan pasar becek tentu ada lagi yang tidak menyukai sebutan itu. 

Pasar Bogor yang terletak di antara jalan Suryakencana dan jalan Roda ini ternyata juga menunjukkan bahwa istilah pasar becek bukan tanpa dasar. Tentu tidak semua bagiannya becek, hanya tetap terlihat jelas ada banyak bagian yang becek terutama yang berada tepat di belakang Plaza Bogor. Terlihat banyak genangan air, tumpukan sampah sayur dan masih banyak hal lagi yang membenarkan sebutan tersebut. Terserahlah! Memang begitu keadaannya ketika saya kesana 29 Nopember 2014 yang lalu.

Sebenarnya saya cukup bingung batasan yang jelas dari Pasar Bogor (yang sekarang) sendiri. Sebenarnya dulu tidak "sebesar" sekarang. Kalau sekarang sepertinya pasar ini sudah merambah ke areal sekitarnya. Banyak pedagang ditemukan berjualan di Jl. Otto Iskandardinata (Otista) dan bahkan Jl. Roda.

Seingat saya kedua jalan ini bukanlah bagian dari pasar itu sendiri. Hanya sama persis dengan saudaranya, pasar ini sekarang sudah berkembang secara abnormal dan merambah kemana-mana. Bahkan Jl. Roda seperti tertutup dengan pedagang dan menyulitkan kendaraan untuk memasuki jalan tersebut.

Kesan pertamanya memang semrawut sekali. Pedagang bertebaran dimana-mana dan memakai badan jalan. Banyak tempat menjadi kotor karena  Sindrom TOMD juga sudah menginfeksi semua yang terlibat disini. Tumpukan sampah bahkan terlihat di beberapa tempat di jalan Suryakencana dan Otista. Terlihat jelas ketidakteraturan disini.

Belum lagi ketika menjelajah ke beberapa bagian Pasar Bogor ini tercium bau pesing. Entah darimana asalnya mungkin dari toilet umum yang tidak terawat dengan baik atau juga dari orang yang buang air sembarangan. Baunya sangat menyengat. Belum ditambah bau limbah sayuran yang membusuk membuat saya harus mempercepat pengamatan karena tidak tahan juga.

Setelah melihat sebuah spanduk yang dibentangkan di pagar Kebun Raya, ternyata memang hal-hal ini sudah diketahui oleh pihak Pemerintah Daerah Kodya Bogor. Spanduk tersebut menyebutkan bahwa pedagang diperkenankan berdagang di areal jalan Otista sampai pukul 6 pagi. Walaupun kenyataannya ketika saya berada disana sekitar pukul 8.00 ternyata masih terdapat pedagang yang berjualan. Yang jeas sampahnya . Ampun deh! Kasihan saya kepada petugas kebersihannya. Hanya kalau Pemda sendiri membiarkan dan memaklumi semua hal tersebut, sulitlah untuk bisa berkata-kata lagi.

Hari itu perjalanan saya masih berlanjut dengan niat menyusuri jalan Suryakencana. Hanya terhenti sejenak ketika memandang sosok Plaza Bogor. Sepertinya sudah jauh berubah dibandingkan dengan ketika pertama kali diresmikan. Kesannya kusam dan tak terawat.

Warna catnya yang dulu cerah terlihat seperti sudah dimakan waktu dan tanpa perawatan. Akhirnya saya memutuskan untuk memasuki tempat tersebut dan merasakan suasana yang sama di bagian dalam. Tidak kumuh tetapi .. entahlah terasa tidak rapi dan .. apa namanya "kusam". Belum lagi banyak jalan di dalam dipakai pula untuk pedagang tanpa kios, alhasil susah bagi orang untuk berjalan.

Akhirnya tidak berapa lama kemudian saya memutuskan untuk keluar dari Plaza tersebut. Dalam hati terpikir hal seperti yang saya katakan di awal. Mungkin memang begitulah seharusnya pasar tradisional. Mungkin sayalah yang tidak terbiasa dengan lingkungan tersebut. Walaupun tetap menyisakan sebuah pertanyaan "Mengapa di beberapa kota lain di Indonesia bisa ada pasar yang tidak semrawut, kotor seperti itu". Tidak bisakah sebuah pasar dijadikan tempat yang lebih tertata dan tidak kotor. 

Mungkin karena itulah saya lebih suka menyarankan atau mengantarkan sang istri untuk pergi berbelanja ke pasar modern alias supermarket saja.


Catatan:
- untuk yang mau berkunjung ke Pasar Bogor bisa memakai angkot no 09 merah, 02 merah, 05 merah dan masih banyak angkot lainnya tergantung dari arah mana anda berangkat
- semua foto di atas hasil dari kamera Xperia M tanggal 29 Nopember 2014







Share on Google Plus

About Anton Ardyanto

Terima kasih untuk berkenan membaca tulisan ini. Saya berharap ada yang dapat diambil dan dimanfaatkan dari tulisan ini. Kalau anda berkenan mohon luangkan waktu berharga anda sedikit lagi untuk memberikan sesuatu. Saran, masukan atau kritik akan sangat berharga bagi saya. Apalagi kalau anda berkenan share tulisan dari blog ini kepada yang lain.

Thank you for your time to read my writings. It means a lot to me. I really hope that there is something that you, the reader can take from my writing. I would be honored if you can spare a bit more of your precious time to let me have your comments or even your critics. I would be more than grateful if you can share something from this blog to other people.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 comments:

  1. Pernah ada yg bilang ke saya, kalau bangsa Indonesia itu cenderung susah untuk dikenakan aturan baku yang kaku. Dalam contoh pasar di atas adalah tempat berjualan. Bisa jadi banyak pedagang yang berpikir "Kalau boleh gini, kenapa harus gitu?" dan imbasnya adalah suasana pasar yang semrawut karena tidak tertata.

    Untuk mengatasi kesemrawutan ini ya harus menegakkan aturan yg tegas untuk setiap pedagang pasar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat sekali mas.. memang itu yang terlihat di setiap pasar sekarang. Mereka hanya melakukan yang biasa bukan membiasakan yang benar

      Delete