;

Curug Luhur

Bingung. Kecewa. 

Tidak tahu seberapa banyak kedua rasa itu terbersit ketika memandang Curug Luhur saat melakukan "keliling" Sabtu yang lalu (baca : Keliling - 06 Desember 2014)

Bingung karena apa yang ada di hadapan saya saat itu tidak seperti yang saya bayangkan. Sempat terpikir bahwa saya salah memasuki area dan itu bukanlah Curug Luhur. Memang kesalahan saya juga tidak mencoba mencari info tentang situasi terkini dari Curug Luhur ini.

Yang terpatri di benak saya sebelum itu masih sebuah kenangan tentang sebuah air terjun kecil (dibandingkan Niagara Falls) dengan sungai kecil. Disertai dengan pepohonan yang rimbun disana-sini. Paling hanya ada beberapa warung kecil dari penduduk setempat yang berjualan penganan dan minuman. Tidak terlalu banyak bangunan disana. Pengunjung bisa bermain air di danau dan aliran sungai kecil.

Yang ada di hadapan saya hari Sabtu minggu lalu jauh berbeda dengan kenangan tersebut. Yang ada adalah sebuah versi lokal dari "waterboom" dengan berbagai versi kolam renang , "prosotan" dan permainan air. Yang terpampang bukan lagi keasrian alami tetapi sebuah komplek komersial meniru apa yang ada di kota. 

Kecewa. Memang begitulah adanya. Satu lagi sebuah kawasan wisata yang tadinya menawarkan sesuatu hal yang istimewa berupa keindahan dan kemurnian alam hilang dari daftar. Padahal ciri khas dari Curug Luhur ini sama seperti halnya Curug Nangka adalah keindahan dan kemurnian alamnya. Tergantikan oleh bangunan hasil tangan manusia.



Memang masih ada bagian-bagian sisa-sisa alami yang dibiarkan seperti curug-nya sendiri. Hanya terlihat sekali bahwa bangunan yang ada sama sekali tidak "menyatu" dengan lingkungan sekitar. Tidak mungkin untuk mengatakan adanya harmoni antara alam dengan bangunan sekitar. Yang ada adalah kesan bahwa alam dimanfaatkan untuk kepentingan komersial manusia.


(Sepulang saya dari berkeliling), saya sempatkan untuk melihat beberapa blog yang menulis tentang curug ini. Beberapa menulis mengenai keriangan bermain di lokasi ini. Saya cukup sadar bahwa selera orang berbeda. Rupanya banyak yang bisa bergembira dan menerima situasi yang ada sekarang. Masih banyak yang bisa bergembira dengan fasilitas yang tersedia. Setidaknya masih ada yang bisa menikmati.

Untuk diri saya sendiri, begitu melihat situasi disana saya sudah membatalkan rencana mengajak si kecil untuk bermain kesini . Tidak ada lagi yang bisa dicari. Kalau hanya sekedar "waterboom" untuk bermain air, ada Marcopolo Water Adventure yang terletak hanya 1 Km dari rumah. Belum lagi the Jungle yang juga jaraknya lebih dekat daripada kesini. Keduanya memiliki fasilitas serta kenyamanan yang lebih baik. Tidak ada lagi alasan untuk bepergian menempuh jarak +- 30 Km dari rumah .


Sekedar saran bagi rekan-rekan yang berminat mengunjungi tempat ini dan membawa putra dan putrinya, harap dijaga dan diperhatikan. Beberapa bagian dari lokasi wisata ini terutama tangga menuju ke kolam agak licin karena berlumut. Hal yang tidak aneh mengingat berdekatan dengan air dan hawa di sekitarnya. Jangan sampai putra/putri anda berlari-lari di jalan yang cukup sempit dan licin karena ada beberapa tiang penyangga "prosotan" (takut terjedug).

Walaupun kecewa, saya masih bisa sedikit terhibur walau hanya sedikit. Bagian yang masih menghibur saya hanyalah curug-nya sendiri. Meskipun keberadaan bangunan (entah bangunan apa) yang sejajar dengan ketinggian curug yang 62 M sebenarnya mengganggu pemandangan, kalau kita fokuskan pandangan ke arah air yang jatuh dari ketinggian dan kolam di bawahnya, setidaknya masih ada sedikit yang tersisa dari kenangan masa lalu tentang curug ini. Keindahan alami curugnya masih ada.

Tidak lama saya berada disana, hanya sekitar 15 menit saja. Tidak merasa perlu berlama-lama lagi, saya langsung menuju tempat parkir untuk menemui si Supra Fit tua bersiap untuk pulang.Seorang penjaga warung disana bertanya "Kok sebentar pak". Tidak tahu saya harus menjawab apa.

Oya sebelum saya lupa, tarif masuknya Rp. 40,000.-/orang dan tarif parkir (motor) Rp. 8,000.-. Mahal? Relatif lah, terserah masing-masing individu dan pembaca menilai jumlah tersebut. Hanya mungkin bisa dibandingkan dengan dua buah waterpark di Bogor yang sudah saya sebutkan. Salah satunya menawarkan tarif (cek via internet. Klik disini Marcopolo) yang sama Rp. 40,000.- di hari biasa dan  Rp 55,000.- di hari Sabtu/Minggu. Tarif parkirnya saya rasa agak mahal mengingat tarif perjam di Bogor adalah Rp. 3,000/jam pertama dan Rp 1,000-2,000/jam berikutnya dan di salah satu waterpark, tarif parkir masih di bawah itu.

Sebelum memacu si tua Supra Fit, sejenak tercenung sebelum meninggalkan lokasi Curug Luhur. Bisnis memiliki 2 kemungkinan. Berhasil atau gagal. Ketika berhasil, sepertinya kekecewaan saya akan terobati karena paling tidak akan ada banyak orang yang menikmati termasuk masyarakat sekitar. Hanya apa yang terjadi kalau gagal? Bisakah keindahan dan kemurnian alam dikembalikan ke bentuk semulanya?


Catatan :

1. Untuk rute ke Curug Nangka atau Curug Luhur , bisa memakai rute yang saya cantumkan di link yang saya sebutkan di atas (Keliling-06 Desember 2014).

2.  Masih ada beberapa rute lainnya seperti

     - Simpang Dramaga (bagian awal sama seperti yang no 1) - Laladon - Pagelaran - Simpang 
       Ciomas belok kanan -  (ikuti saja jalan) - Curug
     - Lewat Bogor Trade Mall - Simpang Empang (belok kanan) - Cikaret - Kota Batu - dst (bagian 
       akhir sama seperti no 1)

3. Untuk menuju ke Curug Luhur/Nangka bisa memakai angkot - 03 Biru menuju Ciapus. Catatan : angkot tersebut hanya sampai pertigaan (lihat foto) dan tidak langsung menuju curug. Untuk melanjutkan ke curug perlu bertanya kepada supir atau mencarter mereka. Angkot 03 Biru bisa ditemukan di dekat Lawang Seketeng depan Bogor Trade Maill





















Share on Google Plus

About Anton Ardyanto

Terima kasih untuk berkenan membaca tulisan ini. Saya berharap ada yang dapat diambil dan dimanfaatkan dari tulisan ini. Kalau anda berkenan mohon luangkan waktu berharga anda sedikit lagi untuk memberikan sesuatu. Saran, masukan atau kritik akan sangat berharga bagi saya. Apalagi kalau anda berkenan share tulisan dari blog ini kepada yang lain.

Thank you for your time to read my writings. It means a lot to me. I really hope that there is something that you, the reader can take from my writing. I would be honored if you can spare a bit more of your precious time to let me have your comments or even your critics. I would be more than grateful if you can share something from this blog to other people.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

6 comments:

  1. Waaah, sy malah blm prnh ke curug luhur, dan baru tau isinya kek gitu, htmnya juga lumayan bikin nyesek dompet yak ! Ahh, kayanya curug nangka tetep jadi pilihan aja deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang lumayan mbak kesana. Saya belum sempat ke curug Nangka lagi nih, jadi belum bisa kasih info.. mudah2an masih tetap kayak dulu

      Delete
  2. Semoga bisa menjadi koreksi ke depan buat pengelola ya Om. Kalau menurut saya sih perawatannya saja yang sepertinya terabaikan. Walaupun Om bilang konsepnya nggak menyatu dengan alam, tapi setidaknya buat saya lokasi curug yang tetap dibiarkan alami itu sudah cukup baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang sebenanrya tidak terhindarkan sih mas.. kebutuhan perut manusia kadang mengabaikan unsur estetika. Soal perawatan itu yang memang mengkhawatirkan....

      Delete
  3. wah deket sama dramaga ya, tapi bener itu bangunan di atas curug mengganggu, kesan alaminya jadi berkurang

    ReplyDelete