Tidak tahu seberapa banyak kedua rasa itu terbersit ketika memandang Curug Luhur saat melakukan "keliling" Sabtu yang lalu (baca : Keliling - 06 Desember 2014).




(Sepulang saya dari berkeliling), saya sempatkan untuk melihat beberapa blog yang menulis tentang curug ini. Beberapa menulis mengenai keriangan bermain di lokasi ini. Saya cukup sadar bahwa selera orang berbeda. Rupanya banyak yang bisa bergembira dan menerima situasi yang ada sekarang. Masih banyak yang bisa bergembira dengan fasilitas yang tersedia. Setidaknya masih ada yang bisa menikmati.
Untuk diri saya sendiri, begitu melihat situasi disana saya sudah membatalkan rencana mengajak si kecil untuk bermain kesini . Tidak ada lagi yang bisa dicari. Kalau hanya sekedar "waterboom" untuk bermain air, ada Marcopolo Water Adventure yang terletak hanya 1 Km dari rumah. Belum lagi the Jungle yang juga jaraknya lebih dekat daripada kesini. Keduanya memiliki fasilitas serta kenyamanan yang lebih baik. Tidak ada lagi alasan untuk bepergian menempuh jarak +- 30 Km dari rumah .
Sekedar saran bagi rekan-rekan yang berminat mengunjungi tempat ini dan membawa putra dan putrinya, harap dijaga dan diperhatikan. Beberapa bagian dari lokasi wisata ini terutama tangga menuju ke kolam agak licin karena berlumut. Hal yang tidak aneh mengingat berdekatan dengan air dan hawa di sekitarnya. Jangan sampai putra/putri anda berlari-lari di jalan yang cukup sempit dan licin karena ada beberapa tiang penyangga "prosotan" (takut terjedug).
Walaupun kecewa, saya masih bisa sedikit terhibur walau hanya sedikit. Bagian yang masih menghibur saya hanyalah curug-nya sendiri. Meskipun keberadaan bangunan (entah bangunan apa) yang sejajar dengan ketinggian curug yang 62 M sebenarnya mengganggu pemandangan, kalau kita fokuskan pandangan ke arah air yang jatuh dari ketinggian dan kolam di bawahnya, setidaknya masih ada sedikit yang tersisa dari kenangan masa lalu tentang curug ini. Keindahan alami curugnya masih ada.
Tidak lama saya berada disana, hanya sekitar 15 menit saja. Tidak merasa perlu berlama-lama lagi, saya langsung menuju tempat parkir untuk menemui si Supra Fit tua bersiap untuk pulang.Seorang penjaga warung disana bertanya "Kok sebentar pak". Tidak tahu saya harus menjawab apa.
Oya sebelum saya lupa, tarif masuknya Rp. 40,000.-/orang dan tarif parkir (motor) Rp. 8,000.-. Mahal? Relatif lah, terserah masing-masing individu dan pembaca menilai jumlah tersebut. Hanya mungkin bisa dibandingkan dengan dua buah waterpark di Bogor yang sudah saya sebutkan. Salah satunya menawarkan tarif (cek via internet. Klik disini Marcopolo) yang sama Rp. 40,000.- di hari biasa dan Rp 55,000.- di hari Sabtu/Minggu. Tarif parkirnya saya rasa agak mahal mengingat tarif perjam di Bogor adalah Rp. 3,000/jam pertama dan Rp 1,000-2,000/jam berikutnya dan di salah satu waterpark, tarif parkir masih di bawah itu.
Sebelum memacu si tua Supra Fit, sejenak tercenung sebelum meninggalkan lokasi Curug Luhur. Bisnis memiliki 2 kemungkinan. Berhasil atau gagal. Ketika berhasil, sepertinya kekecewaan saya akan terobati karena paling tidak akan ada banyak orang yang menikmati termasuk masyarakat sekitar. Hanya apa yang terjadi kalau gagal? Bisakah keindahan dan kemurnian alam dikembalikan ke bentuk semulanya?
Catatan :
1. Untuk rute ke Curug Nangka atau Curug Luhur , bisa memakai rute yang saya cantumkan di link yang saya sebutkan di atas (Keliling-06 Desember 2014).
2. Masih ada beberapa rute lainnya seperti
- Simpang Dramaga (bagian awal sama seperti yang no 1) - Laladon - Pagelaran - Simpang
Ciomas belok kanan - (ikuti saja jalan) - Curug
- Lewat Bogor Trade Mall - Simpang Empang (belok kanan) - Cikaret - Kota Batu - dst (bagian
akhir sama seperti no 1)

Waaah, sy malah blm prnh ke curug luhur, dan baru tau isinya kek gitu, htmnya juga lumayan bikin nyesek dompet yak ! Ahh, kayanya curug nangka tetep jadi pilihan aja deh..
ReplyDeleteMemang lumayan mbak kesana. Saya belum sempat ke curug Nangka lagi nih, jadi belum bisa kasih info.. mudah2an masih tetap kayak dulu
DeleteSemoga bisa menjadi koreksi ke depan buat pengelola ya Om. Kalau menurut saya sih perawatannya saja yang sepertinya terabaikan. Walaupun Om bilang konsepnya nggak menyatu dengan alam, tapi setidaknya buat saya lokasi curug yang tetap dibiarkan alami itu sudah cukup baik.
ReplyDeleteMemang sebenanrya tidak terhindarkan sih mas.. kebutuhan perut manusia kadang mengabaikan unsur estetika. Soal perawatan itu yang memang mengkhawatirkan....
Deletewah deket sama dramaga ya, tapi bener itu bangunan di atas curug mengganggu, kesan alaminya jadi berkurang
ReplyDeleteIya mbak
ReplyDelete