;

Jalan : Suryakencana

Pernahkan anda mendengar nama jalan Perniagaan di Bogor? Rasanya bahkan orang Bogor sendiri kalau ditanya seperti itu akan menjawab "tidak tahu". Padahal kebanyakan dari mereka pasti pernah dan bahkan sering melalui jalan ini. Begitu juga para pengunjung banyak yang tidak menyadari sering melalui jalan ini kalau hendak membeli oleh-oleh seperti Asinan Gedong Dalem atau Roti Unyil (sebelum pindah ke jalan Pajajaran). Hal itu karena nama jalan ini sejak tahun 1970-an sudah berganti nama menjadi jalan Suryakencana.

Jalan ini adalah salah satu jalan tertua di Kota Bogor. Usianya bahkan melebihi usia dari Kebun Raya. Tahun lahir Kebun kebanggaan masyarakat Bogor ini 1817 sedangkan jalan ini sudah ada sejak tahun 1808. 


Bila kita ingat lagi pelajaran sejarah Indonesia , tentu akan ditemukan sebuah sejarah mengenai jalan Anyer - Panarukan. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels adalah orang yang memiliki ide untuk mendirikan jalan ini. Tujuannya untuk memperlancar komunikasi antar daerah jajahan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie alias Perusahaan Hindia Timur Belanda). Di setiap 4.5 Km didirikan pos untuk menerima dan mengirim surat. Oleh karena itu jalan yang dia buat juga dikenal sebagai Jalan Raya Pos.

Nah, Jalan Surya Kencana itu adalah salah satu bagian dari jalan Anyer Panarukan tersebut. Makanya jalan ini pertama kali dikenal sebagai Post Weg atau Jalan Pos (Bagian dari De Grote Post Weg).

Nama itu kemudian berubah di tahun 1905 oleh pemerintahan saat itu menjadi Handlestraat alias jalan Perniagaan. Baru setelah kemerdekaan Indonesia, nama itu diberi nama dengan nama Indonesia yaitu Jalan Perniagaan. Baru sekitar tahun 1970-an nama tersebut berubah menjadi Jalan Suryakencana sampai saat ini.

Kawasan sekitar jalan ini merupakan sebuah daerah Pecinan alias area tempat tinggal masyarakat etnis Cina atau Tionghoa. Hal ini disebabkan kebijakan dari Gubernur Jenderal Belanda di tahun 1853 JC Baud. Dia mencegah terjadinya percampuran antar etnis di Bogor untuk mempermudah pengawasan. Hal inilah yang membuat beberapa daerah di Bogor memiliki ciri khas berdasarkan etnis seperti Jalan Suryakencana dikenal sebagai Pecinan dan kawasan Empang dikenal sebagai daerah tempat masyarakat keturunan etnis Arab/Timur Tengah berkumpul.

Nama Suryakencana sendiri diambil dari nama Raja Pajajaran terakhir Prabu Surya Kencana sebelum kerajaan tersebut ditaklukan oleh kerajaan Islam dari Cirebon dan Banten. Sebenarnya ada dua versi
mengenai siapa itu Suryakencana tapi saya pilih versi yang ini. Versi lainnya akan saya ceritakan nanti.

Jalan ini sekarang masih menunjukkan mengapa dulu disebut sebagai Handlestraat alias jalan Perniagaan. Di sepanjang jalan ini berderet ratusan toko dan ruko serta berbagai bangunan komersial. Hanya sebagian kecil saja yang tidak terpakai untuk bisnis seperti di pojokan jalan dimana Vihara Dhanagun berada. Selebihnya terpakai untuk area komersial.


Sayangnya situasi dan kondisi saat ini disana mencerminkan efek buruk perniagaan mencemari jalan penuh sejarah ini. Sampah terlihat dimana-mana. Kemacetan juga tak pernah lepas dari keseharian. Terutam karena sebagian dari jalan dipakai lahan parkir bertarif khusus dan juga ketidakdisiplinan pengguna jalan lain seperti angkot dan pengendara motor.

 Apalagi ketika Sabtu dan Minggu datang, kemacetan parah. Belum lagi trotoarnya juga dikuasai oleh PKL alias pedagang kaki lima dan kadang menjadi tempat parkir motor. Kesemrawutan terlihat di sepanjang jalan ini setiap harinya.

Padahal kalau diingat sejarah jalan ini, bisa dibayangkan berapa banyak darah dan keringat orang Indonesia yang tertumpah disini. Daendels tidak membangun jalan ini mengikuti UU no 13 tentang ketenagakerjaan (lha belum ada waktu itu). Ribuan orang Indonesia dipaksa melakukan Rodi alias Kerja Paksa olehnya untuk menyelesaikan salah satunya jalan ini. Dia dikenal sebagai tokoh bertangan besi di masanya.

Ah.. Mengapa harus memperhatikan sejarah bukan? Itu kan hanya cerita pengantar tidur. Kenapa harus dipikirkan? Iya nggak?

Sebelum lupa , jalan ini terkenal sebagai salah satu tempat untuk melakukan wisata kuliner. Ada berbagai macam tempat yang bisa dikunjungi bagi penikmat makanan. Hanya saya akan menuliskannya nanti di tulisan lain tempat-tempat mana saja yang bisa dikunjungi selain Asinan Gedong Dalem.

Malam ini saya sedang ingin bercerita sedikitsaja tentang sejarah . Sejarah jalan yang bisa disebut "tertua" di kota Bogor ini.
























Share on Google Plus

About Anton Ardyanto

Terima kasih untuk berkenan membaca tulisan ini. Saya berharap ada yang dapat diambil dan dimanfaatkan dari tulisan ini. Kalau anda berkenan mohon luangkan waktu berharga anda sedikit lagi untuk memberikan sesuatu. Saran, masukan atau kritik akan sangat berharga bagi saya. Apalagi kalau anda berkenan share tulisan dari blog ini kepada yang lain.

Thank you for your time to read my writings. It means a lot to me. I really hope that there is something that you, the reader can take from my writing. I would be honored if you can spare a bit more of your precious time to let me have your comments or even your critics. I would be more than grateful if you can share something from this blog to other people.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

3 comments: